2.1 Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang
tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri adalah alasan utama seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan.
Nyeri terjadi bersama banyak proses penyakit atau bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan
lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (smeltzer, 2001). Sedangkan
the international association for the study of pain (iasp) mendefinisikan nyeri
sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan terkait
dengan kerusakan jaringan baik aktual maupun potensial atau yang digambarkan
dalam kerusakan tersebut. kedua pengertian ini memperjelas bahwa nyeri adalah
bagian dari proses patologis.
Nyeri merupakan
suatu
pengalaman psikis
yang normalnya
berhubungan dengan kerusakan
terhadap
jaringan
pada
tubuh. Dapat
didefinisikan
sebagai
sensasi ketidakenakan,
penderitaan atau kesakitan,
yang
lebih
kurang terlokalisir, yang dihasilkan
dari stimulasi
akhir-akhiran saraf
yang
khusus,
dianggap
sebagai
mekanisme protektif
sepanjang ia menyebabkan
penderita memindahkan atau
menarik dirinyadari
sumber nyeri (Soenarto,1990).
Nyeri didefinisikan
sebagai suatu
keadaan
yang
mempengaruhi seseorang
dan ekstensinya diketahui bila
seseorang pernah
mengalaminya(Tamsuri,2007).
Penyebab dari nyeri dapat berupa:
a)
Mekanik.
Rasa nyeri yang diakibatkan
oleh mekanik ini timbul akibat ujung-ujung saraf bebas mengalami kerusakan.
Contoh dari nyeri akibat trauma mekanik ini adalah akibat adanya benturan,
gesekan, luka dan lain-lain.
b)
Thermis.
Nyeri karena hal ini timbul karena ujung saraf reseptor mendapat rangsangan
akibat panas, dingin, misal karena api dan air.
c)
Khemis.
Nyeri yang ditimbulkan karena adanya kontak dengan zat kimia yang bersifat asam
atau pun basa kuat.
d)
Elektrik.
Nyeri yang ditimbulkan karena adanya pengaruh aliran listrik yang kuat mengenai
reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan luka bakar
(Asmadi, 2008).
Kejadian nyeri memiliki
sifat yang unik pada setiap individual bahkan jika cedera fisik tersebut identik pada individual lainnya. Adanya takut, marah, kecemasan, depresi dan kelelahan
akan mempengaruhi bagaimana nyeri itu dirasakan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengklasifikasi nyeria dalah berdasarkan
durasi (akut,kronik), patofisiologi (nosiseptif, nyerineuropatik) dan etiologi (paskapembedahan, kanker).
MenurutTamsuri(2007), klasifikasi nyeri dibedakan menjadi 4 yaitu:
Klasifikasi nyeri berdasarkan jangka waktu kejadian, nyeri dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu kurang dari enam
bulan. Umumnya terjadi pada cedera, penyakit akut, atau pembedahan dengan awitan cepat. Dapat hilang dengan sendirinya dengan atau tanpa
tindakan setelah kerusakan jaringan sembuh.
2. Nyeri kronis
Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu lebih dari enam bulan. Umumnya timbul tidak teratur, intermiten, atau bahkan
persisten. Nyeri kronis dapat menyebabkan klien merasa putus asa dan frustasi. Nyeri ini dapat menimbulkan kelelahan mental dan fisik
Klasifikasi nyeri berdasarkan lokasi, nyeri dibedakan menjadi 6 yaitu:
1. Nyeri superfisial
Biasanya timbul akibat stimulasi terhadap kulit seperti
pada laserasi, lukabakar, dan sebagainya. Memiliki durasi pendek, terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.
2. Nyeri somatik
Nyeri yang terjadi
pada otot dan tulang serta
struktur penyokong, umumnyabersifat tumpul
dan stimulasi dengan adanya peregangan dan iskemia
3. Nyeri viseral
Nyeri yang disebabkan kerusakan organ internal,
durasinya cukup lama,dan sensasi yang timbul biasanya tumpul.
4. Nyeri sebar (radiasi)
Nyeri sebar (radiasi)
adalah sensasi nyeri yang meluas dari daerah asal kejaringan sekitar. Nyeri dapat bersifat intermiten atau konstan.
5. Nyeri fantom
Nyeri fantom adalah nyeri khusus yang dirasakan oleh klien yang mengalami amputasi.
6.
Nyeri
alih
Nyeri alih adalah nyeri yang timbul akibat adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.
Klasifikasi nyeri berdasarkan organ
Berdasarkan tempat timbulnya, nyeri dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. Nyeri organik
Nyeri organik adalah nyeri yang diakibatkan adanya kerusakan organ
2. Nyeri nurogenik
Nyeri neurogenik adalah nyeri akibat gangguan neuron, misalnya pada neurologi.
3. Nyeri
psikogenik
Nyeri psikogenik adalah nyeri akibat berbagai faktor
psiokologis. Nyeri ini umumnya terjadi ketikaefek-efek psikogenik seperti cemas.
2.3 Mekanisme Nyeri
Nyeri merupakan
suatu
bentuk peringatan akan
adanya bahayakerusakan jaringan. Pengalaman
sensoris pada nyeri akut disebabkan
oleh stimulus noksius yang diperantarai
oleh
sistem
sensorik nosiseptif. Sistem ini
berjalan mulai dari
perifer melalui medulla spinalis,
batang otak, thalamus dan korteks serebri.
Apabila telah terjadi kerusakan jaringan,maka
sistem
nosiseptif akan bergeser fungsinya dari fungsi protektif
menjadi fungsiyang membantu
perbaikan jaringan yang rusak. Nyeri inflamasi merupakan salah
satu bentuk untuk mempercepat
perbaikan kerusakan jaringan. Sensitifitas
akan
meningkat, sehingga stimulus non noksius atau
noksius
ringan yang
mengenai bagian yang meradang akan menyebabkan nyeri. Nyeri
inflamasi akan menurunkan derajat kerusakan dan menghilangkan respon inflamasi. Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat
dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik.
Sensivitas dari komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah
faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat
nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh
lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak
pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri
pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer, 2002).
Salah satu neuro modulator
nyeri adalah endorfin (morfin endogen), merupakan substansi sejenis morfin yang
disuplai oleh tubuh yang terdapat pada otak, spinal dan traktus
gastrointestinal yang memberi efek analgesik, pada saat neuron nyeri perifer
mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara nyeri perifer dan neuron
yang menuju ke otak tempat seharusnya untuk substansi nyeri, pada saat tersebut endorfin akan memblokir lepasnya substansi nyeri
tersebut (Tamsuri, 2007).
PerjalananNyeri (Nociceptive Pathway)
Perjalanan
nyeri termasuk
suatu rangkaian proses
neuro fisiologis
kompleks yang disebut sebagai nosiseptif
(nociception) yang
merefleksikan empat
proses komponen yang nyata yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi, dimana terjadinya stimuli yang kuat diperifer sampai
dirasakannya nyeri di
susunan saraf pusat (cortex cerebri).
a.
Proses
Transduksi
Proses
dimana stimulus noksius diubah
ke impuls elektrikal pada ujung saraf. Suatu stimuli
kuat
(noxionstimuli) seperti tekanan fisik kimia, suhu dirubah
menjadi suatu aktifitas listrik
yang akan diterima ujung-ujung saraf
perifer (nerve ending)atau
organ-organ tubuh (reseptor
meisneri, merkel, corpus culum paccini, golgimazoni). Kerusakan jaringan karena
trauma baik trauma pembedahan atau
trauma lainnya menyebabkan
sintesa prostaglandin, dimana prostaglandin inilah yang
akan
menyebabkan sensitisasi dari
reseptor-reseptor nosiseptif dan dikeluarkannya zat-zat mediator nyeri seperti
histamin, serotonin yang
akan menimbulkan sensasi
nyeri. Keadaan ini dikenal
sebagai sensitisasi
perifer.
b.
Proses
Transmisi
Proses penyaluran impuls
melalui saraf
sensori sebagai lanjutan proses
transduks imelalui
serabut
A-delta dan
serabut C
dari perifer
ke
medulla spinalis,
dimana impuls
tersebut
mengalami
modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh tractus spinothalamicus dan sebagian
ke
traktus spinoretikularis. Traktus spinoretikularis
terutama membawa rangsangan dari organ-organ
yang lebih dalam dan viseral
serta berhubungan dengan nyeri yang lebih difus dan melibatkan
emosi. Selain
itu
juga serabut-serabu
tsaraf
disini
mempunyai sinaps
interneuron dengan saraf-saraf
berdiameter besar dan bermielin. Selanjutnya impuls disalurkan ke thalamus
dan somatosensoris di cortex
cerebri
dan dirasakan sebagai persepsi nyeri.
c.
Proses
Modulasi
Proses perubahan
transmisi
nyeri
yang terjadi
disusunan saraf pusat (medulla spinalis dan otak). Proses terjadinya interaksi
antara
sistem analgesik endogen yang
dihasilkan
oleh tubuh kita dengan input nyeri yang masuk ke kornu posterior medulla spinali smerupakan proses ascenden yang
dikontrol oleh
otak. Analgesik endogen (enkefalin, endorphin, serotonin, noradrenalin) dapat menekan impuls nyeri pada kornuposterior
medullaspinalis. Dimana kornuposterior sebagai pintu dapat terbuka dan tertutup untuk menyalurkan impuls
nyeri untuk
analgesik endogen tersebut. Inilah yang menyebabkan persepsi nyeri sangat subjektif
pada
setiap orang.
d. Persepi
Hasil akhir
dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi, transmisi dan
modulasi yangpada
akhirnya akan
menghasilkan suatu
proses subjektif
yangdikenal sebagai persepsi nyeri,
yang diperkirakan terjadi
pada
thalamus dengan korteks sebagai diskriminasi dari
sensorik.
2.4 Patofisiologi Nyeri
Adanya gangguan metabolisme purin dalam tubuh, intake bahan yang mengandung asamurat tinggi,
dan
sistem ekskresi asamurat yang tidak
adequatakanmenghasilkan akumulasi asamurat yang berlebihan didalam
plasma darah
(hiperurecemia), sehingga mengakibatkan kristal asam
urat
menunpukdalamtubuh.Penimbunan ini menimbulkan iritasiloka ldan
menimbulkan respon inflamasi. Hiperurecemia merupakan hasil:
a.
Meningkatnya produksi asamurat akibat metabolisme purine abnormal
b.
Menurunnya ekskresi asamurat
c. Kombinasi keduanya
2.5 Penatalaksanaan Nyeri
Berbagai tindakan dapat dilakukan oleh perawat untuk mengatasi nyeri. Penatalaksanaan terserbut dibagi 2 yaitu f armakologis dan non farmakologis (Tamsuri,2007).
a. Penatalaksanaan farmakologis
Terapi obat yang efektif untuk nyeri seharusnya memiliki resiko relatif rendah, tidak mahal, dan omsetnya cepat. WHO menganjurkan tiga langkah bertahap dalam pengguna analagesik. Langkah 1 digunakan untuk nyeri ringan dan sedang adalah obat
golongan nonopioid seperti aspirin, asetaminofen, atau AINS, ini diberikan tanpa obat tambahan lain. Jika nyeri masih menetap atau meningkat, langkah 2 ditambah dengan opioid, untuk nonopioid diberikan
dengan atau
tanpa obat tambahan lain.Jika
nyeri terus-menerus atau intensif, langkah 3 meningkatkan
dosispotensi opioid ataud osisnya sementara dilanjutkan nonopioid dan obat tambahan lain(Sudoyo,2006).
b. Penatalaksanaan non farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari berbagai tidakan penanganan nyeri berdasarkan stimulasi fisik maupun
perilaku kognitif
(Tamsuri,2007).
·
Masa sekulit
Masa sekulit dapat memberikan efek penurunan kecemasan
dan
ketegangan otot. Rangsangan masase otot ini dipercaya akan
merangsang
serabut berdiameter besar,sehingga mampu memblok atau menurunkan implus nyeri.
·
Kompres
Kompers panas dingin, selain menurunkan
sensasi nyeri jugadapat meningkatkan prosrs penyernbuhan
jaringan yang
mengalami
kerusakan.
·
Imobilisasi
Imobilisasi
terhadap organ tubuh yang mengalami nyeri hebat mungkin
dapat meredakan nyeri. Kasus seperti rheumatoidarthritis mungkin memerlukan teknik untuk mengatas inyeri.
·
Distraksi
Distraksi merupakan pengalihan dari fokus perhatian terhadap nyeri. Teknik
distraksi terdapat
beberapa
macam yaitu
: distraksi visual distraksi pendengaran ,distraksi pernafasan, distraksi intelektual, teknik
pernafasan, imajinasi terbimbing.
·
Relaksasi
Relaksasi otot rangkadipercayadapat menurunkan nyeri dengan merelaksasikan ketegangan otot yang mendukung rasa nyeri. Teknik relaksasi mungkin perlu diajarkan beberapa kali agar mencapai hasil yang normal.
·
Plasebo
Plaebo merupakan suatu bentuk
tidakan, misalnya pengobatan atau tindakan keperawatan yang mempunyai
efek pada pasien akibat sugesti
dari pada kandungan
fisik atau kimianya. Suatuobat yang tidak berisi analgetika
tetapi
berisi
gula, air atau
saliner
dinamakan plasebo (Priharjo,1996)
2.6 Penyebab Gigi Berlubang
Sebuah
interaksi dari empat faktor utama yang bertanggung jawab untuk
penyakit multifaktorial ini .
•
Host
( gigi dan saliva
)
•
Mikroorganisme dalam bentuk plak gigi
•
Substrat ( diet )
•
Waktu
a. Host (Gigi dan Saliva)
Kerentanan
permukaan gigi dapat mendukung terjadinya karies. Gigi yang memiliki komposisi kekurangan
fluor , seng, timah dan kandungan besi enamel berhubungan dengan peningkatan
karies. Karakteristik
morfologi gigi yang memiliki daerah yang memudahkan
pelakatan plak yaitu pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar,
pit bukal molar dan pit palatal insisif, permukaan halus di daerah aproksimal
sedikit di bawah titik kontak, email pada tepian di daerah leher gigi sedikit
di atas tepi ginggiva, permukaan akar yang terbuka yang merupakan, tepi
tumpatan yang kurang atau menggemper san permukaan gigi yang berdekatan dengan
gigi tiruan dan jembatan.
Saliva
memiliki efek pembersihan pada gigi. Biasanya, 700- 800 ml saliva disekresikan
per hari. Dalam keadaan normal, gigi geligi selalu
dibasahi oleh saliva. Karena kerentanan gigi terhadap karies banyak bergantung
kepada lingkungannya, maka peranan saliva sangat besar sekali. Saliva mampu
meremineralisasikan karies yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion
kalsium dan fosfat, Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat
jika ada ion fluor. Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak,
saliva juga mempengaruhi pH nya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau
menghilang, maka karies mungkin akan tidak terkendali. Pada daerah tepi
ginggiva, gigi dibasahi oleh cairan celah gusi walaupun dengan tiadanya
inflamasi gingival volume cairan ini bisa dianaikan. Cairan celah gusi
mengandung antibody yang didapat dari serum yang spesifik terhadap S.mutans. Keberadaan fluor dalam
konsentrasi yang optimum pada jaringan gigi dan lingkungannya merangsang efek
anti karies dalam beberapa cara. Kadar F yang bergabung dengan email selama
proses pertumbuhan gigi bergantung pada ketersediaan fluor. Email yang
mempunyai kadar F lebih tinggi, tidak dengan sendirinya resisten terhadap
serangan sam. Akan tetapi, tersedianya F di sekitar gigi selama proses
pelarutan email akan mempengaruhi proses remineralisasi dan demineralisasi,
teruetama proses remineralisasi. Di samping itu, F memepengaruhi bakteri plak
dalam membentuk asam (Joyston,1992).
b. Mikroorganisme
Streptococcus mutans merupakn bakteri kariogenik karena mampu segera
membuat asam dari karbohidrat yang dapat diragikan. Kuman-kuman tersebut dapat
tumbuh subur dalam suasana asam dan dapat menempel pada permukaan gigi karena
kemampuannya membuat polisakharida ekstra sel yang sangat lengket dari
karbohidrat makanan. Polisakharida ini, yang terutama terdiri dari polimer
glukkosa, menyebabkan matriks plak gigi mempunyai konsistensi seperti gelatin.
Akibatnya bakteri-bakteir terbantu untuk
melekat pada gigi serta saling melekat satu sama lain
c. Substrat
Makanan yang mengandung karbohidrat adalah pendukung
terkadinya karies. Karbohidrat ini menyediakan substrat untuk pembuatan asam
bagi bakteri dan sintesa polosakharida ekstra sel. Walaupun demikian tidak
semua karbohidart sama derajat kariogeniknya. Karbohidrat yang kompleks
misalnya pari relative tidak berbahaya karena tidak dicerna secara sempurna di
dalam mulut, sedangkan karbohidrat dengan berat molekul yang rendah seperti
gula akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh
bakteri. Untuk kembalike pH normal sekitar 7, dibutuhkan waktu 30-60 menit.
Oleh karenann itu,konsumsi gula yang sering dan berulang-ulang akan tetap
menahan pH plak dibawah normal dan menyebabkan demineralisasi email. Makanan
yang mengandung Vitamin A, D, K, B kompleks (B6),
kalsium, fosfor, fluor, asam amino seperti lisin dan lemak memiliki efek
penghambatan pada karies gigi.
d.
Waktu
Adanya kemampua saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahawa proses karies tersebut terdiri
atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu bila
saliva ada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam
hitunagn hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun.
Faktor
non-etiologi atau factor resiko merupakan faktor-faktor yang pengaruhnya
berkaitan dengan terjadinya karies seperti :
1
Pola makan yang salah
dimana masyarakat lebih menyukai dan terbiasa menyantap makanan manis, kurang
berserat, dan mudah lengket. (Dentino vol 1. No.2 september 2013). Konsumsi
makanan dan minuman yang mengandung gula di antara jam makan dan pada saat
makan berhubungan dengan peningkatan karies yang besar. Factor makanan yang
dihubungkan dengan terjadinya karies gigi adalah jumlah fermentasi, konsentrasi
dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung, padat) dari karbohidrat yang dikonsumsi,
retensi di mulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval waktu
makan. Anak yang berisiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan minuman
manis di antara jam makan.
2
Fluor merupakan salah
satu mineral dalam air yang memiliki efek nyata terhadap kesehatan gigi.
Efektivitas fluor ditunjukan melalui kemampuan melindungi daerah yang rentan
terserang karies, dengan cara mengurangi kelarutan email oleh asam dan
berkaitan dengan matriks enamel gigi Carbonated Hydroxiapatit (Ca10(PO4)6(OH)2
menjadi Carbonated Fluroapatit (Ca10(PO4)6(F)2. Fluoroapatit adalah struktur
yang lebih stabil dan kurang larut terhadap asam apabila dibandingkan dengan Hydroxyapatit,
sehingga lebih tahan terhadap asam. Kadar fluor dalam air minum yang dianjurkan
untuk dikonsumsi masyarakat berkisar antara 1-1,5 ppm. WHO menganjurkan
menggunakan antara 0,9-1,1 ppm dan kadar optimum fluor adalah 0,5-1,0 ppm. Hal
ini harus diperhatikan, sebab kelebihan mengkonsumsi fluor dapat mengakibatkan
fluorosis gigi dan kekurangan mengkonsumsi fluor akan menyebabkan karies gigi.
(Dentino vol 1. No.2 September 2013)
3
Demografi (umur, jenis
kelamin). Angka karies pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki karena
erupsi gigi pada perempuan lebih cepat sehingga lebih lama berada dalam rongga
mulut dan lebih banyak terpapar oleh berbagai makanan dan minuman dibandingkan
dengan laki-laki. (Dentino vol 1. No.2 september 2013)
4
Pengetahuan terhadap
penyakit dan pelayanan kesehatan juga mempengaruhi karena minimnya fasilitas
kesehatan gigi di daerah setempat serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan membiarkan
gigi yang berlubang hingga rusak parah bahkan hanya bersisa akar tanpa
memeriksakannya ke dokter gigi ketika kondisi gigi yang rusak masih belum
terlalu parah. (Dentino vol 1. No.2 september 2013)
5
Struktur social
(lingkungan, tingkat pendidikan) yaitu bahwa prevalensi karies lebih tinggi
pada anak yang berasal dari status social ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan
anak dari status ini makan lebih banyak makanan yang bersifat kariogenik,
rendahnya pengetahuan akan kesehatan gigi dapat dilihat dari kesehatan mulut
yang buruk, karies tinggi pada keluarga (karies aktif pada ibu), jarang
melakukan kunjungan ke dokter gigi sehingga banyak karies gigi yang tidak
dirawat.
2.7 Pencegahan Gigi Berlubang
A.
Pentingnya Kebersihan Gigi
Kebersihan gigi dan mulut merupakan hal
yang sangat penting dalam mencegah dari terjadinya penyakit-penyakit rongga
mulut. Jika ditinjau dari segi fungsinya, gigi dan mulut mempunyai peran yang
besar dalam mempersiapkan makanan sebelum melalui proses pencernaan yang
selanjutnya. Oleh karena gigi dan mulut merupakan salah satu kesatuan dari
anggota tubuh yang lain, kerusakan pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi
kesehatan tubuh secara langsung atau tidak langsung. Selain itu, kebersihan
gigi dan mulut juga berperan penting dalam menentukan gambaran dan penampilan
diri seseorang tersebut, sekaligus berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan
terhadap dirinya. (Pratiwi, 2007).
Menurut World Health Organization (WHO),
penyakit rongga mulut yang sering dihadapi oleh anak-anak umumnya adalah
penyakit gigi berlubang (dental cavity) atau karies gigi dan penyakit
periodontal yaitu penyakit pada penyangga gigi. Kirakira 60-90% anak-anak
sekolah di seluruh dunia mengalami karies gigi dan penyakit periodontal
dijumpai pada 5-20% usia dewasa muda, walaupun angka kejadiannya sedikit
berbeda pada kawasan geografi yang berbeda. Untuk kanker mulut pula,
insidensinya diperkirakan antara satu hingga 10 kasus bagi setiap 100 000
populasi di kebanyakan negara di seluruh dunia. (WHO, 2010).
Terdapat berbagai faktor yang
mempengaruhi angka penyakit gigi dan mulut yang tinggi saat ini. Menurut SKRT
1995 dan juga Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 1998, masyarakat masih
belum mengetahui kepentingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Hal yang
demikian dapat dilihat dari nilai penduduk Indonesia yang tidak menyikat gigi
adalah sebanyak 22,8% dan dari 77,2 % yang menyikat gigi tersebut, cuma 8,1 %
yang menyikat gigi tepat pada waktunya. Notoatmodjo (2004), juga menjelaskan
bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat salah
satunya adalah faktor perilaku atau sikap mengabaikan kebersihan gigi dan
mulut. Perkara ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan anak-anak
tentang perawatan gigi dan mulut yang sebenarnya.
Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut
serta pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu
mendapat perhatian khusus karena pada usia ini anak sedang menjalani proses
tumbuh kembang. Keadaan gigi sebelumnya akan berpengaruh terhadap perkembangan
kesehatan gigi pada usia dewasa nanti. Bila ditinjau dari berbagai upaya
pencegahan karies gigi melalui kegiatan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah)
tersebut seharusnya pada usia-usia anak sekolah dasar memiliki angka karies
rendah, akan tetapi dilihat dari kenyataan yang ada dan berdasarkan
laporan-laporan penelitian yang telah dilakukan sebagian besar datanya
menunjukkan adanya tingkat karies gigi pada anak sekolah yang cukup tinggi
(Wahyuningrum,2002).
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Ling Zhu di Beijing, Cina pada tahun 2003, 44,4% dari anak-anak berusia 12-18
tahun menyikat gigi paling kurang dua kali dalam sehari dan hanya 17% yang
menggunakan pasta gigi yang mengandungi florida. (International Dental Journal
2003). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada 186 murid di Sekolah
Dasar Negeri Kleco II Kecamatan Laweyan Kota Surakarta didapatkan data murid
yang memiliki gigi berlubang yaitu sekitar 68,3% sedangkan murid yang giginya
tidak berlubang yaitu sekitar 31,7%. Sebagian besar murid yang memiliki gigi
berlubang mengatakan bahwa mereka kurang mengerti cara menjaga kesehatan gigi
dan mulut. (Uji Kawuryan, 2008).
B. Pencegahan
Karies Gigi
Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk mencegah
terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan radang gusi.
Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering ditemukan dalam
mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plaque. Beberapa cara pencegahan
karies gigi antara lain:
1. Plaque
control
Plaque
control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah akumulasinya. Tindakan
tersebut merupakan tingkatan utama dalam mencegah terjadinya karies dan radang
gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelaksanaan plaque control, antara lain:
2. Scalling
Scalling
yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan gigi dan pemolesan
terhadap semua permukaan gigi.
3. Penggunaan
dental floss (benang gigi)
Dental
floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon. Floss ini
digunakan untuk menghilangkan plaque dan memoles daerah interproximal (celah di
antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang tertinggal di bawah
titik kontak.
4. Diet
Diet
merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan jangka waktu tertentu.
Hendaknya dihindari makanan yang mengandung karbohidrat seperti: dodol, gula,
permen, demikian pula makanan yang lengket hendaknya dihindari. Adapun yang
disarankan dalam plaque control adalah makanan yang banyak mengandung serat dan
air. Jenis makanan ini memiliki efek self cleansing yang baik serta vitamin
yang terkandung di dalamnya memberikan daya tahan pada jaringan penyangga gigi.
5. Kontrol
secara periodik
Kontrol
dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan
mulut secara dini.
6. Fluoridasi
Fluor
adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai bahan yang dapat
membuat lapisan email tahan terhadap asam. Menurut YKGI (1999), penggunaan
fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara sistemik dapat
dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup, sehingga fluor
dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan
diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan
pada gigi dengan menggunakan sendok cetak.
7. Menyikat
gigi
Menyikat
gigi ádalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk menjaga kebersihan
gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut.
Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya dilakukan dengan cara
sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu mulai dari posterior ke
anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya. Beberapa alat dan
bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara lain:
1) Sikat
gigi
Sikat gigi yang baik
adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-ciri, seperti: bulu-bulu sikat lunak dan
tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak dalam mulut. Ukuran sikat gigi
diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi atau disesuaikan dengan
ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi, yang harus diperhatikan adalah kondisi
bulu sikat. Pilihlah bulu sikat yang terbuat dari nilon karena sifatnya yang
elastis (Budiman, 2009).
2) Pasta
gigi
Pasta gigi yang baik
adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena fluor akan bereaksi dengan
email gigi dan membuat email lebih tahan terhadap serangan asam. Pasta gigi
yang mengandung fluor apabila digunakan secara teratur akan dapat mencegah
kerusakan gigi. Pasta gigi mengandung bahan abrasif ringan seperti kalsium
karbonat dan dikalsium fosfat, tetapi baru sedikit bukti-bukti yang menunjukkan
bahwa penggunaan pasta gigi dapat meningkatkan efisiensi pembersihan plaque.
Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata sudah terbukti dapat meningkatkan
absorpsi ion fluor pada permukaan gigi yang akan menghambat kolonisasi bakteri
dari permukaan gigi. Beberapa pasta gigi tentu juga mengandung bahan-bahan
kimia seperti formaldehid atau strongsium clorida, yang dapat membantu
mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka akibat resesi gingiva
(Manson dan Eley, 1993).
3) Alat
bantu menyikat gigi
Menurut Manson dan
Elley (1993), beberapa alat bantu yang digunakan untuk membersihkan gigi
adalah: benang gigi, tusuk gigi, dan sikat sela-sela gigi. Penggunaan benang
gigi akan membantu menghilangkan plaque dan sisa-sisa makanan yang berada di
sela-sela gigi dan di bawah gusi. Daerah-daerah tersebut sulit dibersihkan
dengan sikat gigi.
4) Waktu
menyikat gigi
Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan suasana asam di mulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan,
maka mulut semakin asam
dan kumanpun akan tumbuh subur membuat lubang pada gigi. Sifat asam ini bisa
dicegah dengan menyikat gigi (Budiman, 2009).
5) Teknik menyikat gigi
Menurut
Depkes RI (1996), teknik menyikat gigi adalah:
-
Sikatlah semua permukaan gigi atas dan
bawah dengan gerakan maju mundur dan pendek-pendek atau atas bawah, sedikitnya
delapan kali gerakan setiap permukaan gigi.
-
Permukaan gigi yang menghadap ke bibir
disikat dengan gerakan naik turun.
-
Permukaan gigi yang menghadap ke pipi
disikat dengan gerakan naik turun agak memutar.
-
Permukaan gigi yang digunakan untuk
mengunyah disikat dengan gerakan maju mundur.
-
Permukaan gigi yang menghadap ke
langit-langit atau lidah disikat dengan gerakan dari arah gusi ke permukaan
gigi.
-
Setelah permukaan gigi selesai disikat,
berkumur satu kali saja agar sisa fluor masih ada pada gigi.
-
Sikat gigi dibersihkan di bawah air
mengalir air dan disimpan dengan posisi kepala sikat gigi berada di atas.
C. Hasil
Diskusi Tutorial
Pencegahan
Karies gigi
·
Memeriksa gigi secara rutin
·
Menjaga kebersihan mulut
·
Menyikat gigi minimal 2x sehari
·
Pemakaian dental floss
·
Menyikat gigi secara teratur dan pada
waktu yang tepat
·
Menyikat gigi dengan cara yang benar.
·
Kumur setelah makan
·
Gunakan benang gigi untuk mengeluarkan
sisa makanan
·
Pilih pasta gigi yang mengandung
fluorida
·
Makan makanan yang berserat
·
Kurangi makanan yang mengandung gula dan
tepung
·
Pemeriksaan rutin setiap 6 bulan sekali
D. Pencegahan
Lain
Pencegahan
karang gigi
1.
Menjaga kebersihan oral dengan cara menyikat gigi dua kali sehari, dapat
mencegah pembentukan plak pada permukaan email gigi.
2. Bersihkan sisa-sisa makanan dari sela-sela
gigi dengan menggunakan benang gigi (dental floss) atau sikat interdental
3.
Perbanyak minum air putih
4.
Mengurangi konsumsi makanan yang mengandung gula dan tepung.
5.
Melakukan pemeriksaan gigi secara berkala, 6 bulan sekali.
Pencegahan
penyakit gusi :
Mencegah
penyakit gusi melibatkan mengendalikan jumlah plak dan tartar yang terbentuk
pada gigi Anda. Kunjungan Reguler ke dokter gigi atau ahli kesehatan, menyikat
gigi dan flossing gigi Anda dengan benar dan berhenti merokok akan membantu
untuk melakukan hal ini.
Dokter
gigi atau ahli kesehatan dapat menunjukkan kepada Anda cara yang benar untuk
kuas, benang dan menggunakan sikat antar-gigi. sikat gigi antar-digunakan untuk
menghilangkan plak dan partikel makanan dari sela gigi dan di bawah garis gusi.
Ini adalah daerah yang sikat gigi tidak dapat mencapai.
Bahkan
menyeluruh menyikat gigi dan flossing tidak dapat menghapus setiap jejak plak.
Kebanyakan orang memiliki penyimpangan dalam plak gigi mereka di mana bisa
membangun di luar jangkauan dan mengeras menjadi tartar. Hal ini hanya dapat
dihapus oleh dokter gigi atau ahli kesehatan selama scaling.
Pencegahan
Sariawan
Dengan
mengetahui penyebabnya, diharapkan kita dapat menghindari timbulnya sariawan
ini, diantaranya dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi
nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Juga
selain itu, jangan lupa untuk menghindari stress. Namun bila ternyata sariwan
selalu hilang timbul, anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat
dan pergi ke dokter gigi untuk meminta obat yang tepat untuk sariawannya.
2.8 Perawatan Gigi Berlubang
Cara perawatan gigi berluang dapat melakukan dental
health education. Pada tahap awal pembentukan lubang gigi
oleh asan, dapat diperbaiki
dengan melakukan perawatan topical fluoride. Apabila kariesnya sudah mengenai
email/ dentin maka dilakukan restorasi atau penambalan, dalam kondisi pulpitis
reversible dapat dilakukan pulp capping dan tumpatan. Apabila pulpitis
irreversible atau nekrosis maka dilakukan perawatan endodontic dan restorasi.
Namun apabila kerusakan jaringan gigi tidak bisa di restorasi maka gigi
tersebut harus dicabut.
A.
Penambalan Gigi
Penambalan gigi
tehadap gigi yang berlubang sebaiknya dilakukan sedini mungkin sebelum kelainannya
menjadi lebih berat lagi. Apabila penambalan dilakukan sedini mungkin,
kunjungan ke dokter gigi menjadi lebih sedikit, dalam artian sekali datang bisa
langsung dilakukan penambalan langsung. Apabila kelainannya sudah lebih berat,
maka gigi tersebut harus dilakukan perawatan terlebih dahulu sehingga memerlukan
kunjungan yang lebih banyak. Pada saat sekarang ini jenis bahan tambal sudah lebih
baik lagi, baik dari segi kekuatan atau pun kemiripan bahan tambal dengan warna
gigi, sehingga gigi yang sudah ditambal tidak terlihat telah ditambal.
Macam-macam bahan
tambal gigi menurut Joyston (1992):
a.
Resin Komposit
Tambalan komposit merupakan campuran
bahan kuarsa dengan resin yang menghasilkan tambalan yang berwarna seperti
gigi, bahkan dapat meniru warna transparan email. Ada salah kaprah yang
berkembang di masyarakat, bahwa tambalan komposit adalah tambalan LASER. Yang
benar adalah sinar halogen yang berwarna biru digunakan untuk membantu proses
pengerasan komposit. Tambalan komposit yang kecil ataud sedang dapat bertahan
terhadap tekanan kunyah. Perlekatan tambalan komposit pada dinding lubang gigi
sangat baik. Selain itu tidak banyak struktur gigi yang harus diambil untuk
menambalkan komposit pada lubang gig
b.
Amalgam
Amalgam merupakan campulan beberapa
logam, yaitu air raksa, perak, seng, tembaga dan beberapa logam lainnya. Amalgam sangat bermanfaat untuk merestorasi gigi
geraham karena kemampuannya menahan beban kunyah yang besar. Amalgam mudah
ditambalkan ke lubang yang sulit dikeringkan, seperti lubang di bawah tepi
gusi. Selain itu, jarang muncul reaksi alergi terhadap bahan amalgam. Segi buruk amalgam adalah warnanya yang
keperakan sehingga secara estetik tidak menarik, apalagi kalau digunakan di
gigi depan. Kadangkala juga muncul sedikit rasa sensitif terhadap panas atau
dingin setelah gigi ditambal amalgam
c.
Glass Ionomer
Glass ionomer
atau Ionomer kaca melepaskan sejumlah kecil fluoride yang bermanfaat bagi
pasien yang berisiko tinggi terhadap karies.
Sedikit struktur gigi yang diambil untuk menyiapkan gigi yang akan
ditambal ionomer kaca. Karena mudah pecah, bahan ini tidak dapat digunakan
untuk menambal gigi belakang yang digunakan untuk mengunyah. Ionomer resin
terbuat dari bubuk kaca dan asam akrilik dan resin akrilik. Digunakan untuk
menambal lubang yang sangat kecil pada bagian gigi yang tidak menanggung beban
kunyah, karena mudah patah.
B.
Endodontik
(Perawatan Saluran Akar)
Mahkota gigi terdiri dari lapisan keras gigi yakni
email dan dentin. Kedua lapisan keras gigi ini melindungi jaringan lunak
gigi yang disebut pulpa yang memanjang dari mahkota sampai ujung akar gigi .
Jaringan lunak pulpa terdiri dari pembuluh darah dan pembuluh syaraf yang
menyuplai makanan dan memberikan rasa pada gigi. Perawatan saluran akar
dilakukan dengan cara mengangkat jaringan pulpa yang mengalami radang atau
terinfeksi. Jaringan pulpa dapat mengalami peradangan atau infeksi karena
adanya karies (keropos) gigi yang dalam,tambalan yang sangat dalam sehingga
mengiritasi saluran pulpa, gigi pecah/patah sampai mendekati saluran pulpa
karena trauma, atau kadang karena peradangan gusi yang sudah parah. Kerusakan
jaringan pulpa dapat ditandai dengan rasa nyeri, sensitif yang berlangsung lama
saat makan/minum panas atau dingin,diskolorasi gigi,pembengkakan gusi.
Kadangkala tanpa keluhan sama sekali. Dan bila kondisi ini dibiarkan maka akan
menimbulkan nyeri dan bengkak serta kerusakan tulang penyangga gigi.
Penatalaksanaan Perawatan Saluran Akar
Langkah
pertama adalah pengambilan jaringan pulpa yang terinfeksi. Kadang dilakukan anestesi,apabila
gigi masih vital atau rasa nyeri yang berlebihan. Pembukaan akses dari mahkota
ke ruang pulpa dilakukan untuk membuang jaringan pulpa yang terinfeksi. Dengan
menggunakan instrumen khusus, saluran akar dibersihkan dan dibentuk agar dapat
ditutup dengan bahan pengisi saluran akar. Kotoran di dalam saluran akar
dikelurkan dengan cara menyemprot saluran dengan cairan anti bakteri. Saluran
akar akan diisi dengan bahan pengisi saluran akar. Tambalan sesudah perawatan
gigi dapat berupa resin komposit,crown atau onlay dengan atau tanpa post/pasak
tergantung dari sisa jaringan keras gigi yang tersisa agar tidak patah/pecah
saat berfungsi
Perawatan saluran akar dapat dilakukan sekali
kunjungan atau lebih tergantung dari kondisi gigi. Apabila diperlukan, selama
antar kunjungan,saluran akar akar diberi obat/medikasi untuk sterilisasi
saluran akar dan lubang ditutup dengan tambalan sementara. Pengambilan
radiograf seringkali diperlukan untuk menentukan panjang akar dan memonitor
tahap-tahap perawatan saluran akar. Selama
perawatan,hindari menggigit makanan
keras di daerah gigi yang sedang dirawat untuk menghindari
gigi pecah/retak kecuali gigi dilindungi dengan mahkota sementara. Gigi yang
telah dirawat,relatiflebih rapuh dari gigi vital,oleh karena itu restorasi gigi
yang sesuai dengan kondisi gigi harus segera dilakukan. Pemeliharaan kebersihan
gigi seperti sikat gigi dan flossing pada gigi paska perawatan saluran akar
tetap harus dilakukan untuk menghindari infeksi ulang dan melakukan pemeriksaan
berkala tiap 6 bulan secara teratur (Combe,1992).
C.
Pencabutan Gigi
Pengertian Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran
gigi dari alveolus.Pencabutan gigi juga merupakan operasi bedah yang melibatkan
jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi
oleh bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan
lidah dan rahang. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa
rasa sakit satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma minimal terhadap
jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurna
dan tidak terdapat masalah prostetik di masa mendatang. Tindakan pencabutan
gigi perlu dilaksanakan prinsip-prinsip keadaan suci hama (asepsis) dan
prinsip-prinsip pembedahan (surgery). Pencabutan lebih dari satu gigi secara
bersamaan tergantung pada keadaan umum penderita serta keadaan infeksi yang ada
ataupun yang mungkin akan terjadi (Newman,2002).
Indikasi Pencabutan Gigi
Gigi di cabut untuk berbagai alasan, misalnya karena
sakit gigi itu sendiri, sakit pada gigi yang mempengaruhi jaringan di
sekitarnya, atau letak gigi yang salah.
Di bawah ini adalah beberapa contoh indikasi dari
pencabutan gigi:
a. Karies parah
Alasan paling umum dan yang dapat diterima secara luas
untuk pencabutan gigi adalah karies yang tidak dapat dihilangkan. Sejauh ini
gigi yang karies merupakan alasan yang tepat bagi dokter gigi dan pasien untuk
dilakukan tindakan pencabutan.
b. Nekrosis pulpa
Berkaitan erat dengan pencabutan gigi adalah adanya
nekrosis pulpa atau pulpa irreversibel yang tidak diindikasikan untuk perawatan
endodontik. Dengan kondisi ini, perawatan endodontik yang telah dilakukan
ternyata gagal untuk menghilangkan rasa sakit sehingga diindikasikan untuk
pencabutan.
c. Penyakit periodontal yang parah
Jika periodontitis dewasa yang parah telah ada selama
beberapa waktu, maka akan nampak kehilangan tulang yang berlebihan dan
mobilitas gigi yang irreversibel. Dalam situasi seperti ini, gigi yang
mengalami mobilitas yang tinggi harus dicabut.
d. Alasan orthodontik
Pasien yang akan menjalani perawatan ortodonsi sering
membutuhkan pencabutan gigi untuk memberikan ruang untuk keselarasan gigi.
e. Gigi impaksi
Tindakan bedah pengangkatan gigi impaksi merupakan
salah satu tindakan bedah yang sering dikerjakan oleh dokter gigi ahli bedah
mulut,tindakan bedah pengangkatan gigi impaksi memerlukan persiapan yang baik
dan rencana operasi yang tepat untuk menghindari komplikasi yang tidak
diinginkan