Tahapan Perkembangan Bahasa Anak
Menurut pendapat Piaget (Sumantri, dkk. 2009:1-15) mengemukakan bahwa
proses perkembangan anak dari kecil hingga dewasa melalui empat tahap
perkembangan, yaitu:
a. Tahap Sensori Motor
(0–2 Tahun)
Pada tahap ini, kegiatan intelektual anak hampir seluruhnya
merupakan gejala yang diterima secara langsung melalui indera. Pada saat anak
mencapai kematangan dan secara perlahan mulai memperoleh keterampilan
berbahasa, mereka menerapkannya pada objek-objek yang nyata. Pada tahap ini
anak mulai memahami hubungan antara benda dengan nama benda tersebut.
b. Tahap Praoperasional
(2–7 Tahun)
Perkembangan yang pesat dialami oleh anak pada tahap ini. Anak
semakin memahami lambang-lambang bahasa yang digunakan untuk menunjukkan
benda-benda. Keputusan yang diambil hanya berdasarkan intuisi, bukan atas dasar
analisis rasional. Kesimpulan yang diambil merupakan kesimpulan dari sebagian
kecil yang diketahuinya, dari suatu keseluruhan yang besar. Anak akan
berpendapat bahwa pesawat terbang berukuran kecil karena itulah yang mereka
lihat di langit ketika ada pesawat terbang yang lewat.
c. Tahap Operasional
Konkret (7–11 Tahun)
Pada tahap ini anak mulai berpikir logis dan sistematis untuk
mencapai pemecahan masalah. Masalah yang dihadapi dalam tahap ini bersifat
konkret. Anak akan merasa kesulitan bila menghadapi masalah yang bersifat
abstrak. Pada tahap ini anak menyukai soal-soal yang telah tersedia jawabannya.
d. Tahap Operasional
Formal (11–15 Tahun)
Anak mencapai tahap perkembangan ini ditandai dengan pola pikirnya
yang seperti orang dewasa. Anak telah dapat menerapkan cara berpikir terhadap
permasalahan yang konkret maupun abstrak. Pada tahap ini anak sudah dapat
membentuk ide-ide dan berpikir tentang masa depan secara realistic .Sedangkan
Johan Amos Comenius dalam Kartini Kartono (2007: 34-35) berpendapat bahwa
perkembangan bahasa seseorang terdiri dari empat periode perkembangan, yaitu:
a. Periode Sekolah-Ibu
(0-6 Tahun)
Pada periode ini hampir semua usaha bimbingan-pendidikan
berlangsung di lingkungan keluarga, terutama aktivitas ibu sangat mempengaruhi
proses perkembangan anak.
b. Periode
Sekolah-Bahasa-Ibu (6-12 Tahun)
Pada periode ini anak baru mampu menghayati setiap pengalaman
dengan pengertian bahasa sendiri (bahasa ibu). Bahasa ibu ini digunakan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, yaitu untuk mendapatkan impresi dari luar berupa
pengaruh, sugesti serta transmisi kultural dari orang dewasa, dan untuk
mengekspresikan kehidupan batinnya kepada orang lain.
c. Periode Sekolah-Latin
(12-18 Tahun)
Pada periode ini anak mulai diajarkan bahasa latin sebagai bahasa
kebudayaan. Bahasa ini perlu diajarkan kepada anak agar anak mencapai taraf
beradab dan berbudaya.
d. Periode
Sekolah-Universitas (18-24 Tahun)
Pada periode yang terakhir ini anak muda mengalami proses
pembudayaan dengan menghayati nilai-nilai ilmiah, di samping mempelajari
macam-macam ilmu pengetahuan. Khusus mengenai perkembangan bahasa anak, Conny
R. Semiawan (2000: 128-136) berpendapat bahwa tahap perkembangan bahasa anak
terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Perkembangan Bahasa
Usia Bayi
Secara umum bayi mulai
mengeluarkan ucapan pada saat usianya 10-16 bulan, walaupun pada kenyataannya
ada juga yang memerlukan waktu lebih lama dari itu. Sebelum anak-anak
mengucapkan kata-kata, terlebih dahulu membuat ocehan misalnya dengan ucapan
baa, maa atau paa. Mengoceh ini mulai terjadi saat usia sekitar 3-6 bulan.
Tujuan komunikasi yang dilakukan oleh bayi pada usia dini ialah untuk menarik
perhatian orang tua dan orang lain yang ada di sekitarnya. Pada umumnya, bayi
menarik perhatian orang lain dengan membuat kontak mata, Membunyikan
ucapan,serta menggerak-gerakkan tangan .Biasanya kata-kata anak yang pertama
kali muncul adalah nama-nama orang penting yang ada disekitarnya, nama-nama
binatang, dan benda-benda lain yang ada di sekitarnya. Anak-anak yang telah
memasuki usia 18-24 bulan mulai mengucapkan pernyataan dengan dua kata.
b. Perkembangan Bahasa
Anak Usia Dini
Beberapa anak usia pra sekolah memiliki kesulitan dalam
mengucapkan kelompok konsonan, misalnya untuk mengucapkan kata setrika, mangga,
dan lain-lain. Pada usia ini, anak-anak sudah dapat mengembangkan ungkapannya
lebih dari dua kata-kata setiap kalimatnya. Anak-anak mulai berbicara dengan
urutan kata yang menunjukkan suatu pendalaman yang meningkat terhadap aturan
yang komplek tentang urutan kata-kata yang diucapkan. Pada usia ini anak-anak
juga sudah mulai mampu mengembangkan pengetahuan tentang makna dengan cepat.
c. Perkembangan Bahasa
Usia Sekolah
Pada tahap ini penekanan perkembangan berubah dari bentuk bahasa
ke isi dan penggunaan bahasa. Anak-anak telah mencapai tahap kreatif dalam
perkembangan bahasa. Bahasa kreatif anak dapat didengar dalam bentuk nyanyian
atau sajak.
d. Perkembangan Membaca
dan Menulis
Salah satu faktor yang
berpengaruh pada perkembangan membaca anak usia dini ialah kesediaan orang tua
untuk menyediakan bahan bacaan dan menciptakan suasana yang kondusif bagi
perkembangan kemampuan membaca anak. Kegiatan membaca yang dilakukan secara
alamiah dalam suasana kehidupan sosial memiliki efektifitas yang tinggi untuk
peningkatan kemampuan membaca pada anak. Anak usia tujuh atau delapan tahun
telah memperoleh pengetahuan tentang huruf, suku kata dan kata. Siswa kelas
tiga dan empat sudah mampu menganalisis kata-kata baru dengan menggunakan pola
orthograpik dan inferensi kontekstual. Siswa kelas lima dan enam sudah mulai
membaca dari keterampilan decoding menuju ke pemahaman.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
Umur anak
Manusia bertambah umur akan semakin
matang pertumbuhan fisiknya, bertambah pengalaman, dan meningkat kebutuhannya.
Bahasa seseorang akan berkembang sejalan
dengan pertambahan pengalaman dan kebutuhannya. Pada masa remaja perkembangan
biologis yang menunjang kemampuan berbahasa telah mencapai tingkat
kesempurnaan, dengan dibarengi oleh perkembangan tingkat intelektual anak akan
mampu menunjukkan cara berkomunikasi dengan baik.
Kondisi Lingkungan
Lingkungan tempat anak tumbuh dan
berkembang member andil yang cukup besar dalam berbahasa. Perkembangan bahasa
di lingkungan perkotaan akan berbeda dengan di lingkungan pedesaan, daerah
pantai, pegunungan, dan daerah-daerah terpencil dan di kelompok sosial yang
lain.
Kecerdasan anak
Kecerdasan seorang anak mempengaruhi
ketepatan dalam meniru, memproduksi pembendaharaan kata-kata yang diingat,
kemampuan menyusun dengan baik, dan memahami maksud suatu pernyataan pihak
lain.
Status sosial ekonomi keluarga
Keluarga yang berstatus sosial
ekonomi baik akan mampu meyediakan situasi yang baik bagi perkembangan bahasa
anak-anak dan anggota keluarganya. Pendidikan keluarga berpengaruh terhadap
perkembangan bahasa. Hal ini tampak dengan adanya perbedaan perkembangan bahasa
bagi anak yang hidup di dalam keluarga terdidik dan tidak terdidik.
Kondisi Fisik
Kondidi fisik disini dimaksudkan
kondisi kesehatan anak. Seorang yang cacat yang terganggu kemampuannya untuk
berkomunikasi akan mengganggu perkembangan berkomunikasi dan perkembangan
berbahasa.
upaya pengembangan kemampuan bahasa
remaja dan implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
Penyelenggaraan Pendidikan
a.
Anak perlu melakukan pengulangan pelajaran yang telah diberikan dengan kata dan
bahasa
yang disusun oleh murid-murid sendiri
b.
Berdasar hasil identifikasi itu guru melakukan pengembangan bahasa murid dengan
menambahkan
perbendaharaan bahasa lingkungan yang telah dipilih secara tepat dan benar oleh
guru.
Pengembangan bahasa yang menggunakan
model pengekspresian secara mandiri, baik lisan maupun tertulis, dengan
mendasarkan pada bahan bacaan akan lebih mengembangkan kemampuan bahasa anak
dan membentuk pola bahasa masing-masing
Perbedaan individual
dalam kemampuan dan perkembangan bahasa
Anak dilahirkan ke dunia telah memiliki
kapasitas berbahasa. Akan tetapi faktor lingkungan akan mengambil peranan dalam
perkembangan bahasa anak. Anak belajar makna kata dan bahasa sesuai dengan apa
yang mereka dengar, lihat, dan mereka hayati dalam hidupnya sehari-hari.
Kemampuan berpikir anak
berbeda-beda, sedang berpikir dan bahasa mempunyai korelasi tinggi. Dengan
demikian remaja yang berasal dari lingkungan yang berbeda akan berbeda pula
kemampuan dan perkembangan bahasanya. Potensi
adalah kekuatan atau kesanggupan yang terpendam dalam diri seseorang. Potensi
berbahasa adalah kemampuan yang masih terpendam yang dimiliki oleh setiap orang
untuk meyampaikan informasi dalam berkomunikasi.
Meskipun anak memiliki potensi untuk
berbahasa, tetapi potensi itu tidak akan
dapat tumbuh dan berkembang bila tidak didukung oleh lingkungan. Ketika
seorang anak dilahirkan, kemudian dia dibesarkan di dalam lingkungan social,
berinteraksi dengan banyak orang maka potensi berbahasa anak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik sejalan dengan bertambahnya usia anak. Oleh karena itu,
lingkungan secara signifikan mempengaruhi perkembangan potensi berbahasa anak.
.
Pengaruh Kemampuan Bahasa Terhadap Kemampuan Berpikir
Kemampuan berpikir dan kemampuan
berbahasa saling berpengaruh satu sama lain. Seseorang yang rendah kemampuan
berpikirnya akan mengalami kesulitan dalam menyusun kalimat yang baik, logis,
dan sistematis. Sehingga akan menyulitkan dalam berkomunikasi.
Bersosialisasi berarti melakukan
konteks dengan yang lain. Seseorang menyampaikan ide dan gagasannya dengan
berbahasa dan orang lain menangkap ide dan gagasan tersebut yang melalui bahasa
yang biasa disebut dengan proses berpikir abstrak. Hasil proses berpikir
menjadi tidak tepat ketika seseorang kurang mampu dalam berbahasa.
Didalam segi berfikir anak berada
pada tahap praoperasional dan egosentris. Berikut laju perkembangan berfikir
anak:
a.
Usia 1,5 tahun anak dapat menyusun pendapat positif
b.
Usia 2,6 tahun anak dapat menyusun pendapat positif dan negative
c.
Pada usia selanjutnya anak dapat menyusun pendapat: kritikan, keragu-raguan,
dan menarik kesimpulan analogi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar